Wednesday, December 01, 2004

Kisah Seru Memburu Buku

Teman-teman milis, ada yang tahu nggak di mana bisa beli bukunya Marah Rusli? Tolong japri ya, thanks!

Hai, ada yang punya bukunya Enid Blyton, Album Cerita Ternama, komiknya RA Kosasih? Saya mau beli. Atau kalau ada yang tahu di mana belinya, tolong kasih tahu ya. Thanks!***
Para peserta mailing list seputar dunia perbukuan tentu tidak asing dengan posting-posting seperti di atas. Belakangan ini dunia perbukuan di Indonesia memang menggeliat bangkit dan semakin banyak pembaca yang meningkat menjadi kolektor. Berbagai jenis buku yang dikoleksi, mulai dari komik seperti Tintin dan Asterix sampai buku-buku dengan topik yang lebih berat seperti sastra, kebudayaan, antropologi, sejarah, seni, filsafat, dan sebagainya. Buku-buku koleksi ini pun tidak mutlak harus berbahasa Indonesia.
”Yang paling sering dicari itu buku-buku bahasa Inggris yang second. Topiknya bisa kontemporer maupun klasik, misalnya karya Salman Rushdie, Jane Austen, Arundhati Roy, Martin Amis, Virginia Woolf, dan sebagainya,” cerita Iit, salah satu pemilik toko buku alternatif Omuniuum di Jalan Sultan Agung, Bandung. Selain buku-buku itu, menurut Iit buku-buku bekas karya pengarang Indonesia seperti Y.B. Mangunwijaya, NH Dini, dan Mochtar Lubis juga ramai dicari.
Mungkin ada beberapa sebab buku-buku ”tua” ini banyak dicari. Harga tentu berpengaruh. Buku-buku second ini terkadang bisa diperoleh dengan harga lebih murah daripada buku baru. Bagi kolektor yang mengincar buku berseri, harga yang lebih murah ini tentu sangat membantu. Sementara bagi kolektor sejati yang tidak mementingkan harga, nilai sejarah buku mungkin lebih penting. ”Semerbak Bunga Bandung Raya, buku tentang Bandung zaman baheula itu pernah kita jual Rp 350.000,” kata Iit menceritakan salah satu buku paling mahal yang pernah dijualnya. Buku yang disebut jelas merupakan buku colector’s item yang sulit diperoleh.
Nostalgia masa kecil mungkin faktor lain yang membuat upaya mengoleksi buku menjadi marak lagi. Komik seperti Arad dan Maya, Smurf, Tintin, Asterix, Tanguy dan Laverdure ternyata banyak dipesan pelanggan Omuniuum. Selain itu buku yang dibaca anak-anak di tahun 1970-1980-an seperti Lima Sekawan, Trio Detektif, Stop, dan Laura Ingalls juga sering diminati pembeli toko buku kecil yang terletak di depan SMU Aloysius Bandung ini.
Faktor nostalgia ini juga salah satu yang membuat Joga Wisaksono menjadi kolektor. ”Dulu waktu kecil kan pernah punya lengkap, lalu hilang. Sekarang teringat dan ingin baca lagi,” kata pria yang masih berusaha melengkapi Tintin, Trio Detektif, Lima Sekawan, dan novel-novel Mario Puzo-nya ini. Untuk buku-buku lama yang tidak dicetak ulang Joga memilih mencari ke toko-toko kecil dan toko-toko buku bekas, misalnya di Pasar Festival Kuningan, Jatinegara, atau di Glodok. Atau merambah ke pameran buku. ”Kalau pameran yang dikejar kan potongan harganya,” tutur Joga.
Joga juga mengoleksi buku-buku tentang musik. Selama ini untuk melengkapi koleksi buku musiknya Joga sering menitip beli kepada teman atau kerabat yang pergi ke luar negeri. ”Saya suka buku yang berhubungan dengan musik, terutama tentang musik rock tahun 1970-an seperti The Beatles, Led Zeppelin, Pink Floyd. Saya ingin tahu bagaimana proses penciptaan lagu dan sejarah band-band tersebut,” cerita pemuda yang mengutamakan membeli buku yang tidak dicetak ulang lagi itu.

Cara Merawat Koleksi
Mengoleksi buku di Indonesia yang beriklim panas dan lembap merupakan tantangan tersendiri. Buku cepat berjamur dan kertas juga cepat menguning. Selain itu ternyata kualitas kertas yang ada di Indonesia juga kurang baik karena banyak mengandung bahan liqin.
Kolektor harus menyediakan ruangan yang ventilasinya baik untuk menyimpan koleksinya. Selain itu dia juga harus sering membersihkan debu, bahkan menyediakan silica gel untuk menyerap kelembapan yang bisa merusak koleksinya.
”Kalau bisa buku yang sudah agak tua disimpan di rak kaca biar tidak terlalu berdebu. Selain itu juga harus diangin-angin sekitar dua minggu sekali, sekalian diperiksa ada rayap atau tidak. Kalau ada halaman yang robek, sambung dengan selotip khusus yang tipis seperti kertas roti. Halaman yang lepas bisa dilem dengan lem kayu, jangan disambung dengan selotip karena bisa merusak buku. Untuk sampul buku dari kain, biasanya ada bercak putih atau cokelat karena jamur, bersihkan dengan penghapus pensil,” papar Iit membagi tipsnya merawat koleksi buku.
Jadi bagaimana? Berani ikut jadi kolektor buku?

[Donna Widjajanto, penulis lepas dan kolektor buku, tinggal di Jakarta, dimuat di sinar harapan, 2003]

<<< back to omuniuum